Dalam
ingatan orang-orang tua, penjajahan Jepang, yang semula di gembar-gemborkan
sebagai saudara tua yang akan membebaskan dari segala penderitaan, ternyata justru semakin membuat rakyat menderita.Masa inilah
hampir semua jenis tumbuhan yang hidup dijadikan sumber makanan oleh rakyat,
tanpa memperdulikan dampaknya kemudian. Rumput-rumput
perdu, seperti pohon matahari-mataharian pohon sengganian, bahkan empol
pisang, empol paya dijadikan bahan makan. Variasi umbi-umbian pun
bertambah pada masa ini, seperti suweg, kimpul, ganyong, angklik, ubi kelapa,
ubi aung, gadung, dan sebagainya. Lahir kemudian sayur atau oseng jantung pisang, sayur rebung, sayur daon cocot gaok, sayur genjer, sayur
eceng, nasi goreng campur daun mengkudu,
nasi campur jagung, lalap-lalapan, kerak,
bahkan jangkrik bakar, laron sangrai, dan
sebagainya. Kuliner Betawi tetep eksis di
tengah kota metropolitan. Memang gaya
hidup orang metropolitan telah berobah
drastis, sebab iming-iming modernitas
sangat diusung tinggi oleh pesona gaya
hidup barat. Terus terang bangsa kita tidak menyadari jika mereka masih dijajah, sehingga mereka bersifat inferior. Mereka masih menganggap apa yang datang dari barat sebagai sesuatu yang lebih unggul. Hal itu
sebenarnya cerminan dari lubuk hati
terdalam kebanyakan orang kita, bahwa dia
masih merasa orang kelas bawah dan orang
jajahan, apabila tidak mengkonsumsi
makanan barat atau melahap habis pesona
lifestyle atau gaya hidup barat.
Senin, 24 Oktober 2016
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar